Kisah3 Sahabat Nabi yang Tidak Diajak Bicara Nabi dan Semua Muslim. Ada dua pilihan bagi Kaโ€™ab bin Malik, Murarah bin Rabiโ€™, dan Hilal bin Umayyah, sahabat nabi yang mangkir dari Perang Tabuk ketika menghadap Rasulullah ๏ทบ seusai beliau kembali ke Madinah: berdusta seperti para orang munafik dan dimaafkan atau berkata jujur dan menanggung Jawaban(1 dari 3): Menurut saya bisa dibilang iya. Pengalaman saya selama ini membuktikannya. Ada teman kerja saya sangat pandai bicara tapi tidak pernah kerja. Mungkin bukan bodoh sih tapi lebih ke pemalas. Semua yang kerjakan anak buahnya. Dia tinggal lapor saja dengan atasan. Untuk presentasi Kitaharus pandai berbicara untuk menunjukan diri kita kepada lawan bicara dalam kehidupan sosial. Orang yang berbicara dengan mahir akan menjadi lebih maju daripada yang lainnya. Misalnya, hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Mayoritas orang tidak tau bagaimana cara berkomunikasi dengan baik. Maka kadang salah sangka bahwa orang lain Ciri orang munafik menurut agama Islam kiranya perlu dipahami agar supaya kita dapat terhindar dari sifat jelek ini. Munafik merupakan salah satu sifat tercela yang sangat tidak terpuji. Sifat munafik bukanlah sifat yang pantas dimiliki seseorang dengan latar kepercayaan apapun. Karena, sifat munafik sendiri adalah penyakit hati Orangorang munafik memanggil orang-orang mukmin, "Bukankah kami dahulu bersama kamu?" Mereka menjawab "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, dan kamu hanya menunggu, meragukan (janji Allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah; dan penipu (setan) datang memperdaya kamu tentang Allah." (Q.S. Al-Hadid : lln22p. Sosok munafik di zaman mana pun dan di negeri mana pun akan menjadi momok yang menyusahkan. Seolah berada pada pihak mukmin padahal sejatinya ada di pihak lain. Orang seperti ini kadang argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur, namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini, potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menetang syariat Allah da nada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad โ€“Shallallahu alaihi wasallamโ€“ perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูŽุฎู’ูˆูŽููŽ ู…ูŽุง ุฃูŽุฎูŽุงูู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูู…ู‘ูŽุชููŠ ูƒูู„ู‘ู ู…ูู†ูŽุงููู‚ู ุนูŽู„ููŠู…ู ุงู„ู„ู‘ูุณูŽุงู†ู โ€œSesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.โ€ HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูŽุฎู’ูˆูŽููŽ ู…ูŽุง ุฃูŽุฎูŽุงูู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุฃูู…ู‘ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู…ู ุŒ ู‚ููŠู„ูŽ ูˆูŽูƒูŽูŠู’ููŽ ูŠูŽูƒููˆู†ู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ู ุนูŽู„ููŠู…ูŒ ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽุงู„ูู…ู ุงู„ู„ู‘ูุณูŽุงู†ูุŒ ุฌูŽุงู‡ูู„ู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ู โ€œSesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab โ€œYaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahilโ€. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas ุนู„ูŠู… ุงู„ู„ุณุงู† ุฃูŠ ุนุงู„ู… ู„ู„ุนู„ู… ู…ู†ุทู„ู‚ ุงู„ู„ุณุงู† ุจู‡ุŒ ู„ูƒู†ู‡ ุฌุงู‡ู„ ุงู„ู‚ู„ุจ ูุงุณุฏ ุงู„ุนู‚ูŠุฏุฉุŒ ูŠุบุฑ ุงู„ู†ุงุณ ุจุดู‚ุดู‚ุฉ ู„ุณุงู†ู‡ุŒ ููŠู‚ุน ุจุณุจุจ ุชุจุงุนู‡ ุฎู„ู‚ ูƒุซูŠุฑ ููŠ ุงู„ุฒู„ู„ โ€œYang dimaksud dengan โ€œโ€™alim lisannyaโ€ yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.โ€ Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya ุจูŽูŠู’ู†ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ู’ุณูู…ูุŒ ุฌูŽุงุกูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุจู’ู†ู ุฐููŠ ุงู„ู’ุฎููˆูŽูŠู’ุตูุฑูŽุฉู ุงู„ุชูŽู‘ู…ููŠู…ููŠูู‘ุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ โ€ ุงุนู’ุฏูู„ู’ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽูŠู’ู„ูŽูƒูŽ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุนู’ุฏูู„ู ุฅูุฐูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุนู’ุฏูู„ู’ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูู…ูŽุฑู ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทูŽู‘ุงุจู ุฏูŽุนู’ู†ููŠ ุฃูŽุถู’ุฑูุจู’ ุนูู†ูู‚ูŽู‡ู Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata โ€œBerbuat adillah wahai Muhammad !โ€. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda โ€œCelaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?โ€. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata โ€œIjinkanlah aku untuk memenggal lehernya !โ€. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syarโ€™i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak, tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah taโ€™ala ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽุฎููˆุถููˆู†ูŽ ูููŠ ุขูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ููŽุฃูŽุนู’ุฑูุถู’ ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ู’ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุฎููˆุถููˆุง ูููŠ ุญูŽุฏููŠุซู ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ูˆูŽุฅูู…ูŽู‘ุง ูŠูู†ู’ุณููŠูŽู†ูŽู‘ูƒูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ููŽู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ุนูุฏู’ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑูŽู‰ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู†ูŽ โ€œDan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.โ€ QS. Al-Anโ€™am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asmaโ€™ bin Ubaid ุฏุฎู„ ุฑุฌู„ุงู† ู…ู† ุฃุตุญุงุจ ุงู„ุฃู‡ูˆุงุก ุนู„ู‰ ุงุจู† ุณูŠุฑูŠู† ูู‚ุงู„ุง ูŠุง ุฃุจุง ุจูƒุฑุŒ ู†ุญุฏุซูƒ ุจุญุฏูŠุซุŸ ู‚ุงู„ ู„ุงุŒ ู‚ุงู„ุง ูู†ู‚ุฑุฃ ุนู„ูŠูƒ ุขูŠุฉ ู…ู† ูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ุŸ ู‚ุงู„ ู„ุงุŒ ู„ุชู‚ูˆู…ุงู† ุนู†ูŠ ุฃูˆ ู„ุฃู‚ูˆู…ู†. ู‚ุงู„ ูุฎุฑุฌุงุŒ ูู‚ุงู„ ุจุนุถ ุงู„ู‚ูˆู… ูŠุง ุฃุจุง ุจูƒุฑุŒ ูˆู…ุง ูƒุงู† ุนู„ูŠูƒ ุฃู† ูŠู‚ุฑุข ุนู„ูŠูƒ ุขูŠุฉ ู…ู† ูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ุŸ ู‚ุงู„ ุฅู†ูŠ ุฎุดูŠุช ุฃู† ูŠู‚ุฑุข ุนู„ูŠ ุขูŠุฉ ููŠุญุฑูุงู†ู‡ุง ููŠู‚ุฑ ุฐู„ูƒ ููŠ ู‚ู„ุจูƒ โ€œDua orang ahli Bidโ€™ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata โ€œKami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asmaโ€™ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya โ€œWahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qurโ€™an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab โ€œSaya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.โ€ Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab.. mh Sumber Di antara adab berbicara yang dituntunkan Rasulullah Saw adalah berbicara seperlunya, tidak berlebihan. Kita diperintahkan untuk berbicara hanya yang baik. Beliau melarang kita banyak bicara dengan pembicaraan yang tidak terkait dengan dzikir kepada Allah. Kemampuan seseorang untuk meninggalkan apa saja yang tidak berguna baginya menjadi salah satu tanda bagusnya keislaman dia [HR Tirmidzi] dan Allah menjadikannya sebagai ciri orang mukmin yang beruntung. Rasulullah Saw mewanti-wanti kita semua untuk menjaga lisan, nikmat besar Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Lisanlah alat komunikasi terpenting manusia, melahirkan apa yang ia pikirkan dan yakini. Kemampuan seseorang menjaga lisan untuk mengucapkan hanya yang baik dan benar merupakan prestasi luar biasa yang menjamin keseluruhan anggota tubuh dalam keadaan baik. Dari Uqbah bin Amir ia berkata โ€œSaya bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau bersabda kepadaku โ€œWahai Uqbah bin Amir, sambunglah hubungan silaturahim terhadap orang yang memutuskannya, berikanlah sesuatu kepada orang yang telah mengharamkannya untukmu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimi kamu.โ€ Uqbah berkata, โ€œKemudian saya mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau lalu bersabda kepadaku โ€œWahai Uqbah, jagalah lisanmu, menangislah atas dosa-dosamu dan hendaklah rumahmu memberikan kelapangan untukmu.โ€ HR Ahmad 1. "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." HR. Bukhari 2. "Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya mulut dan di antara kedua pahanya kemaluan niscaya aku menjamin baginya surga." HR. Bukhari 3. "Barangsiapa akhir ucapannya โ€œLaa ilaaha illallahโ€ Tiada Tuhan selain Allahโ€™ niscaya dia masuk surga." HR. Abu Dawud 4. "Sesungguhnya di antara ungkapan kata dan keterangan adalah sihir." HR. Bukhari 5. "Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam." HR. Ahmad Penjelasan Bicara saat emosi marah dapat menyesatkan. 6. "Diam tidak bicara adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya." HR. Ibnu Hibban 7. "Sesungguhnya Allah melarang kamu banyak omong, yang diomongkan, dan menyia-nyiakan harta serta banyak bertanya." HR. Asysyihaab 8. "Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia." HR. Ad-Dailami 9. "Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya." HR. Ath-Thabrani 10. "Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya." HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi 11. "Berhati-hatilah dalam memuji menyanjung-nyanjung, sesungguhnya itu adalah penyembelihan." HR. Bukhari 12. "Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya, โ€œWaspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya diucapkan berulang-ulangโ€. HR. Ahmad 13. "Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung." HR. Muslim 14. "Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, โ€œAllah dan rasulNya lebih mengetahui.โ€ Beliau bersabda, โ€œMenyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai.โ€ HR. Muslim 15. "Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk." HR. Bukhari dan Al Hakim 16. "Semua umatku diampuni kecuali yang berbuat keji terang-terangan yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, โ€œHai Fulan, tadi malam aku berbuat beginiโ€ฆbegini.โ€ Dia membuka tabir yang telah disekat oleh Allah Azza wajalla." Mutafaqโ€™alaih 17. "Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah." HR. Abu Yaโ€™la

orang munafik yang pandai bicara